Sekarang jamannya serba modern, hampir semua orang mulai dari yang sekolah di SD sudah kenal Hand Phone (Hp), apalagi untuk jenjang di atasnya. Namanya juga arus global. Tidak pandang status dan pekerjaan dia dan orang tuanya apa, semua anak SD maupun yang sudah dewasa sudah melek ict, minimal mengoperasikan hp.
Banyak warung internet (warnet) dan persewaan playstation (game) di buka di jalan-jalan, mulai di tempat ramai, sampai di gang sepi dan sempit sekalipun. Banyak sekolah yang sudah di pasang hotspot, mulai dari SD s.d. Perguruan Tinggi. Terutama untuk SD, SMP, SMA, baik yang swasta maupun Negeri yang berstatus RSBI ataupun SBI. Sehingga internet pun bisa diakses gratis. Dengan harapan informasi global bisa diserap mudah, selalu update, banyak wawasan, maupun tidak ketinggalan informasi. Ilmu Pengetahuan dan teknologi (IPTEK) bukan hal asing lagi. Sampai-sampai di bidang olimpiade Sains Anak negeri kita, Indonesia tercinta, sudah mampu bersaing dengan Negara tetangga.
Di satu sisi adanya internet yang bisa di akses dengan mudah baik lewat computer (PC)/ Lap top ataupun Hp bisa member kemudahan mencari informasi dan edukasi IPTEK yang positif dan bahkan bisa mempertembal keimanan dan akhlak, namun di sisi lain internet juga membawa hal yang negative/ minus. Kesemuanya itu tergantung dari individu masing-masing.
Sangat menyedihkan dan mengiris hati, ketika melihat hasil survey (sumber: kompas.com) yang menyatakan bahwa: Data yang ditemukan oleh National Research Council pada tahun 2002, menunjukkan bahwa 20-30 persen anak berusia 8-17 tahun mengakses situs porno. Sedangkan hasil survei dari Indonesia tak jauh berbeda, bahkan lebih parah. Hasil penelitian Yayasan Kita dan Buah Hati tahun 2005 di Jabodetabek, menunjukkan bahwa 80 persen anak usia 9-12 telah mengakses materi pornografi dari media, terutama internet.
Perlu diwaspadai bila ada yang kedapatan ciri antara lain: mudah haus, sering buang air kecil, sering berkahayal dan memandang tajam lawan jenis, sulit konsentrasi, sering bermain "play station" dan internet dalam waktu yang lama, prestasi akademik menurun, dsb. Kemungkinan ini sudah terpolusi pornografi. Kalau sia dewasa dan sudah menikah ini bukan masalah, namun jika ini berlebihan pastilah tetap tidak bagus. Padahal itu untuk yang dewasa, apalagi bagi yang belum cukup umur, sudah pasti tidak wajar dan mngarah ke hal berbahaya.
Kenapa anak menjadi sasaran pemasaran pornografi? Hal itu terjadi karena anak-anak menjadi pasar masa depan, mental model pornografi, perpustakaan porno pada anak yang bisa diakses kapan saja dan dimana saja.
Pembuat pornografi juga menginginkan sasarannya mengalami kerusakan otak permanen. Banyaknya kalangan anak remaja yang kecanduan pornografi, disebabkan karena sejumlah faktor. Salah satunya, karena orang tua tidak memiliki waktu yang cukup untuk anak, kurang tanggap dan gagap teknologi, serta pendidikan agama dan pengontrolannya masih kurang.
Banyaknya edukasi plus di internet yang bisa di ambil, tentu saja minus/ negatifnya pun harus difilter. Dengan pembekalan iman dan agama pada jiwa setiap insan paling tidak ini bisa mengurangi ekses negative internet di atas. Sebab dimanapun manusia itu berada kalau dia sudah ada bekal keimanan ketaqwaan kepada penciptanya, dia akan selalu merasa akan ada yang selalu mengawasinya. Dia yang maha super di atas segala yang ada di jagad ini, yaitu Allah SWT. Tanpa dilihata atau diawasi teman, guru, oaring tua maupun saudaranya sekalipun dia tidak akan berani berbuat tidak bagus, curang, maksiat, kepada orang lain, agama, sesama, sekolahnya, instasinya, kantornya, bangsa maupun negaranya. Semoga kita senantiasa terhindar dari hal yang buruk, tidak baik dan selalu terbawa ke jalan yang benar yang diridhoi Allah SWT. Amin….